Blog Announcement

Indonesiana - Anything about Indonesia
Gadget and Stuff - Gadget review and opinion
Destination Asia - Travel review

I hope you enjoy the new format...

Sunday, May 25, 2008

You Could Save Somebody's Life

New Sign of a Stroke:

(from the internet)

Stick out Your Tongue. STROKE: Remember The 1st Three Letters.. S.T.R.

Stroke - S.T.R.
Stroke - S.T.R.


A neurologist says that if he can get to a stroke victim within 3 hours he can totally reverse the effects of a stroke...totally. He said the trick was getting a stroke recognized, diagnosed, and then getting the patient medically cared for within 3 hours, which is tough.

RECOGNIZING A STROKE

Thank God for the sense to remember the "3" steps, STR . Read and Learn!

Sometimes symptoms of a stroke are difficult to identify. Unfortunately, the lack of awareness spells disaster. The stroke victim may suffer severe brain damage when people nearby fail to recognize the symptoms of a stroke.

Now doctors say a bystander can recognize a stroke by asking three simple questions:

S * Ask the individual to SMILE.

T * Ask the person to TALK to SPEAK A SIMPLE SENTENCE (Coherently) (i.e. It is sunny out today.)

R * Ask him or her to RAISE BOTH ARMS.

NOTE: Another 'sign' of a stroke is this: Ask the person to 'stick' out their tongue. If the tongue is 'crooked', if it goes to one side or the other that is also an indication of a stroke. If he or she has trouble with ANY ONE of these tasks, call 911 immediately!! and describe the symptoms to the dispatcher.

Sunday, May 18, 2008

Tidak Ada Subsidi BBM! : Tanggapan

Beberapa hari yang lalu saya menerima email dari teman yang berisikan presentasi yang mengatakan bahwa sebenarnya Pemerintah Indonesia tidak memberikan subsidi BBM. Sebenarnya email dengan isi serupa sudah pernah saya terima sekitar tahun 2004, namun sekarang rupanya mulai beredar kembali di Internet. Memang semenjak kenaikan harga minyak bumi dan adanya rencana pemerintah untuk mengurangi subsidi BBM memicu komentar-komentar seru di masyarakat. Sebagai pemerhati masalah BBM di Indonesia saya jadi tertarik untuk ikut meramaikan suasana.

Berikut ini ialah komentar saya atas presentasi tersebut :

Slide 1. Judul

Slide 2. Kwik Kian Gie: Tak ada subsidi BBM. Pemerintah mengambil minyak bumi milik rakyat secara gratis dengan biaya hanya US$ 10/barrel. Tapi karena hanya bisa menjualnya seharga US$ 77/barrel pemerintah merasa rugi jika harga minyak Internasional lebih dari harga itu

Tanggapan (T) : Saya nggak tahu apa ini benar kutipan dari KKG. Aniway, pernyataan ini terlalu kekanak-kanakan. Siapa pun juga tahu bahwa by definition semua barang tambang dapat "diambil" dengan gratis. Emas sekali pun, harganya gratis kalau kita dapat menemukannya di bawah tanah. Masalahnya ialah apakah kita dapat semudah itu "mengambil" minyak bumi? Memang saat ini biaya proses penyulingan ialah sekitar USD 10-15/barrel, namun apakah semudah dan semurah itu untuk mendirikan pabrik penyulingan minyak bumi? Saya rasa kalau memang proses mencari, pengeboran dan penyulingan minyak bumi memang mudah lalu buat apa kita mahal-mahal bekerja sama dengan perusahan minyak luar negeri seperti Caltex dan Schlumberger? Mudah jawabnya, yaitu karena teknologi eksplorasi dan pengeboran minyak bumi di dunia ini masih dikuasi oleh Amerika Serikat. Jangankan di Indonesia, di Saudi Arabia pun juga begitu. Aramco ialah salah satu perusahaan minyak terbesar di dunia, kerja sama antara Arab dengan America. Diperlukan investasi jutaan dolar untuk mendirikan pabrik eksplorasi dan penyulingan minyak. Silahkan baca buku "Confessions of an Economic Hitman" karangan John Perkins, anda akan mengetahui bagaimana Amerika menguasai dunia melalui keunggulan teknologi eksplorasi minyak bumi.

Sekalipun misalnya pada tahun 2018 (yeah right) Indonesia sudah menjadi ahli eksplorasi minyak bumi dan tidak membutuhkan kontraktor asing sama sekali. Saya yakin KKG mengerti sekali akan istilah "lost of opportunity cost". Salah satu sumber penghasilan utama Indonesia ialah minyak bumi, sekalipun kita dapat mengelolanya secara mandiri dengan investasi yang ringan karena 100% dikerjakan oleh bangsa sendiri dengan alat-alat buatan dalam negeri, dengan menjual BBM di bawah harga Internasional, itu sudah memberikan subsidi atas lost of opportunity cost, lost of profit.

Slide 3. Indonesia tidak 100% impor! Kebutuhan BBM Indonesia 1,2 juta bph. Produksi 1 juta bph. Harusnya impor hanya 0,2 juta bph dengan biaya Harga Internasional+US$15/barrel

T : Betul, Indonesia tidak 100% impor. Btw, kalau kebutuhan kita 1.2juta bph, lalu produksi dalam negeri 1juta bph ditambah impor 0.2juta bph klop 1.2juta bph. Lalu ekspornya mana? Kalau nggak ekspor dari mana dapat pemasukan? Ini namanya tekor. Kalau tekor, dari mana Indonesia dapat uang untuk membiayai kesehatan rakyat miskin, uang sekolah gratis, gaji guru dan lain-lain? Data tahun 2006 menunjukkan bahwa Indonesia mengimpor 45% dari kebutuhan refined product. Baca ulasan lebih lanjut klik di sini

Slide 4. Jika harga minyak Internasional US$ 125/barrel dan biaya US$ 15/barrel serta impor 200 ribu bph maka pemerintah Indonesia dengan harga Rp 4.500/liter (US$ 77/brl) untung US$ 49,4 juta per hari atau Rp 165,8 Trilyun dalam setahun (1US@=Rp 9.200). Pemerintah Untung Rp 165,8 Trilyun! Bohong besar jika bilang Pemerintah rugi Rp 123 Trilyun!

T : Jika APBN menganggarkan BBM USD 77/barrel dan menjual Premium Rp 4500/liter, itu artinya pemerintah memberikan "subsidi" dalam bentuk lost of opportunity cost sekitar USD 23.8/barrel. Sehingga kalau harga crude oil dunia mencapai USD 125/barrel maka ini berarti tambahan subsidi sebesar USD 48/barrel, sehingga total "subsidi" menjadi US 71.8/barrel. Belum ditambah dengan kerugian nyata akibat impor. "Subsidi" inilah yang diharapkan bisa berkurang untuk kepentingan lain. Detail mengenai nilai impor ekspor Indonesia bisa dilihat di sini.

Slide 5. Perbandingan Harga Bensin

T : Analisis perbandingan harga bensin antar negara ASEAN dan OPEC bisa dilihat di sini dan di sini

Slide 6. Konsumsi BBM Indonesia di urutan 116 di bawah negara Afrika seperti Botswana dan Namibia. Jika pabrik dan perusahaan ditutup akan lebih rendah lagi

T : Konsumsi BBM per kapita (liter/jiwa) Indonesia memang tergolong rendah karena jumlah penduduk Indonesia yang sangat banyak. Namun secara absolut (barrel per hari), konsumsi Indonesia berada pada peringkat 10% teratas dunia, di atas semua negara ASEAN. Negara dengan konsumsi BBM terbesar di dunia ialah Amerika, diikuti oleh Cina, Jepang, Rusia dan Jerman. Btw, sejak tahun 2005/2006 Pertamina sudah mengharuskan perusahaan di Indonesia untuk membeli BBM tanpa subsidi

Slide 7. Yang berkata itu tak tahu BBM dipakai orang miskin seperti: Supir Bis, Metromini, Mikrolet, Supir Truk pengangkut barang, Para nelayan, Penumpang angkot (bukan orang kaya) jika BBM naik pasti menderita karena tarif angkot naik. Jika BBM naik, harga barang naik karena didistribusikan dengan Truk/BBM. Rakyat miskin menderita. Jumlah pemilik mobil mewah <5%>

T : Betul, BBM juga banyak dipakai oleh rakyat yang kurang mampu, oleh karena itu harus dipikirkan metode manajemen BBM yang tepat sasaran, yaitu memberikan subsidi lebih besar kepada rakyat kecil dan memberikan subsidi lebih kecil kepada rakyat yang lebih mampu. Saat ini subsidi BBM diberikan sama rata dan lebih banyak dinikmati oleh mereka yang memiliki mobil banyak. Ilustrasinya, satu keluarga dengan 4 mobil untuk melayani 4 orang (bapak, ibu, dan 2 anak) menghabiskan bensin yang sama dengan 4 angkot yang melayani 100 orang.

Menaikkan harga BBM tanpa memberikan solusi bagi rakyat kecil tidak akan menyelesaikan masalah.

Slide 8. Pada kenaikan BBM sebesar 125% tahun 2005 tidak semua orang miskin kebagian. Tahun ini hanya 18 juta. <30%>BLT 2005 hanya berjalan 1 tahun. Setelah kenaikan BBM seluruh harga barang naik. Jumlah Korban Busung Lapar/Kurang Gizi 5 juta orang. Korban Tewas busung lapar jatuh di Aceh, NTT, Sulsel, dan Papua.Versi Miskin Pemerintah: US$ 0,6/hari. Dunia: US$ 1/hari

T : Terlepas dari subsidi BBM, korupsi ialah masalah kronis bangsa Indonesia

Slide 9. Indonesia ekspor 70% batubara ke luar negeri. Indonesia pengekspor LNG terbesar di dunia. Indonesia ekspor 500 ribu bph minyak. Sementara listrik sering padam, rakyat antri gas, minyak tanah dan bensin. Energi Indonesia untuk siapa? (Kompas). Jika energi diprioritaskan untuk dalam negeri dan Pembangkit listrik PLN yang memakai BBM dialihkan ke PLTA, PLTG, atau batubara, maka Indonesia tak perlu impor BBM sama sekali. Indonesia butuh pemimpin cerdas! 90% minyak Indonesia dikelola perusahaan asing!

T : Masalah energi di Indonesia ialah masalah kesalahan manajemen. Indonesia memiliki cadangan Migas yang cukup untuk kebutuhan dalam dan luar negeri, namun eksplorasinya masih sangat tergantung kepada bangsa asing. Pengalaman bagi hasil dengan kontraktor asing yang merugikan Indonesia menyebabkan pemerintah ragu-ragu dalam menandatangani kontrak eksplorasi baru. Di lain pihak, pemerintah sudah menerima order dari luar negeri saat kondisi suplai migas masih defisit, membatalkan order luar negeri mengakibatkan penalti sementara cicilan hutang luar negeri masih menumpuk.

Merubah PLTD menjadi PLTA atau PLTG tidaklah mudah, saat ini 30% dari kebutuhan listrik di Indonesia masih disuplai oleh PLTD (PLN annual report 2005), merubahnya menjadi 100% non BBM membutuhkan waktu lama dan tergantung pada ketersediaan sumber energi alternatif lainnya

Slide 10. Keuntungan Perusahaan Migas yang beroperasi di Indonesia, Exxon Mobil tahun 2007 sebesar US$ 40,6 milyar (Rp 373 trilyun) dari pendapatan US$ 114,9 milyar (RP 1.057 trilyun –CNN). Bagi hasil migas sebesar 85:15 untuk pemerintah dan perusahaan asing baru dilakukan setelah dipotong “Cost Recovery” yang besarnya ditetapkan perusahaan asing. Jika tidak tersisa, Indonesia tidak dapat. Di Blok Natuna setelah dipotong Cost Recovery Indonesia dapat 0 dan Exxon 100% (Kompas, 13 Oktober 2006)Transparansi International Indonesia menemukan biaya senang-senang main golf dimasukkan dalam Cost Recovery (DetikFinance.com)

T : Selama Indonesia masih banyak bergantung kepada kontraktor asing, hal ini masih akan terus terjadi. Di lain pihak ini membuktikan bahwa tidak semudah itu pemerintah Indonesia bisa mengambil minyak bumi secara gratis

Slide 11. Kenakan PPN 20% untuk Pertamax. Pajak masuk negara. Kenaikan harga BBM masuk ke perusahaan minyak. Menaikkan harga Premium menyusahkan rakyat kecil dan menguntungkan perusahaan minyak. Kendaraan pribadi harus beli Pertamax. Premium hanya boleh dibeli angkutan umum. Jika pemerintah tidak bisa mengawasi ribuan pom bensin, apalagi penyaluran BLT ke puluhan juta rakyat. Pajak STNK Mobil Mewah 10% dari harga jual. PPN Ekspor 20% untuk Perkebunan (Kelapa Sawit) dan Barang Tambang. Nasionalisasi Perusahaan Minyak Asing di Indonesia

T : Diperlukan mekanisme penyaluran subsidi BBM yang lebih tepat sasaran. Pengenaan pajak secara selektif mungkin salah satu alternatif yang baik.

Slide 12. Stop Penipuan Massal ini! Berhenti menyengsarakan rakyat Nabi: Akan datang sesudahku penguasa. Di atas mimbar memberi petunjuk dengan bijaksana. Tapi bila turun dari mimbar mereka menipu dan mencuri. Hati mereka lebih busuk dari bangkai. (HR. Ath-Thabrani)Pengkhianat paling besar adalah penguasa yang memperdagangkan rakyatnya (HR. Ath-Thabrani)‏. Bantulah fakir miskin dengan menyebar informasi ini. Referensi: Wikipedia, MS Encarta, World Bank, Hadits Web

T : Tidak ada penipuan, "subsidi" BBM itu memang ada. Namun diperlukan mekanisme penyaluran subsidi yang lebih efektif dan adil. Sayangnya hal ini tidaklah mudah

Indonesia dan OPEC: Masihkan Indonesia Negara Penghasil Minyak?

Kalau dalam posting sebelumnya kita sudah membahas posisi harga BBM Indonesia dengan sesama negara ASEAN, sekarang coba kita lihat posisi kita dengan antar negara OPEC.



Dari tabel di atas, memang terlihat bahwa Indonesia ialah negara OPEC dengan harga BBM termahal, jauh lebih mahal daripada negara-negara OPEC lainnya. Venezuela ialah negara OPEC dengan harga BBM termurah di dunia, hanya sekitar Rp 285/liter!! Sedangkan UAE ialah negara OPEC dengan harga BBM termahal setelah Indonesia, yaitu sekitar Rp 3515/liter.


Kalau dilihat dari GDP, Indonesia berada di peringkat dua terendah di atas Irak, namun perlu kita ingat bahwa kondisi ekonomi Irak dalam keadaan hancur porak-poranda karena dijajah Amerika. GDP Indonesia kira-kira 1/10 dari GDP rata-rata anggota OPEC sebesar USD 18,639 per tahun. Negara OPEC dengan GDP per kapita tertinggi ialah Qatar sebesar USD 61,997 per tahun.


Cukup menarik juga bahwa ternyata negara OPEC pun masih mengimpor energi dari negara lain, entah dalam bentuk crude oil, natural gas atau petroleum gas. Kalau kita lihat, ternyata nilai impor migas Indonesia pada tahun 2006 hampir mendekati 80% dari nilai ekspor, atau dengan kata lain, surplus ekspor migas Indonesia hanya 23% atau USD 22.8 milyar dari total ekspor sebesar USD 98.6 milyar. Sementara umumnya negara OPEC lainnya menikmati surplus rata-rata 45%, di mana Kuwait dan Saudi Arabia menikmati surplus ekspor di atas 70%.


Sekarang kita sudah melihat bahwa Indonesia ialah negara OPEC dengan nilai surplus ekspor terkecil kedua setelah Irak yang sedang dijajah Amerika. Lalu bagaimana dengan konsumsi BBM antar negara-negara OPEC? Sebenarnya dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa, mudah ditebak bahwa konsumsi BBM di Indonesia cukup besar. Lalu apakah semua kebutuhan BBM ini bisa dipenuhi dari dalam negeri?


Coba kita lihat tabel berikut ini.


Dari tabel di atas, kita bisa melihat bahwa produksi minyak mentah Indonesia hanyalah berada di posisi kedua terendah setelah Qatar, sebesar 883 ribu barrel per hari atau hampir 1/3 dari rata-rata produksi negara OPEC lainnya. Saudi Arabia ialah produsen minyak bumi terbesar di dunia sebesar 9.2 juta barrel per hari, jauh di atas negara-negara OPEC lainnya.


Kalau dilihat dari jumlah ekspor, Indonesia ialah negara OPEC dengan jumlah ekspor terkecil sebanyak 301 ribu barrel per hari, atau hanya 1/10 dari rata-rata ekspor negara OPEC lainya. Meskipun produksi Qatar sedikit lebih rendah dari Indonesia, tetapi jumlah ekspornya sampai 2x lipat dari Indonesia. Saudi Arabia mengekspor sampai 7.2 juta barrel minyak mentah per hari, 23x lipat dari jumlah ekspor Indonesia.


Bagaimana dengan konsumsi BBM kita? Konsumsi BBM (Refined Oil) kita sebenarnya bukanlah yang paling besar, meskipun jumlah penduduk Indonesia jauh lebih banyak dari negara-negara OPEC lainnya. Hal ini mungkin disebabkan karena masih banyak juga penduduk Indonesia yang tidak memiliki kendaraan bermotor pribadi.


Konsumsi BBM kita berada pada posisi ke-tujuh, masih lebih rendah dari Saudi Arabia dan Iran. Konsumsi BBM kita sekitar 1juta barrel per hari, atau 1.6x dari rata-rata konsumsi BBM negara OPEC. Negara OPEC dengan konsumsi BBM tertinggi ialah Iran sejumlah 1.6juta barrel per hari, mungkin disebabkan karena subsidi harga BBM di sana tinggi sekali.


Yang menarik, hanya tiga negara OPEC yang mengimpor sebagian BBM dari luar untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya, yaitu Irak, UAE dan Indonesia. Namun penting dicatat, bahwa hanya Indonesia-lah yang kebutuhan BBM-nya lebih besar dari produksi minyak mentahnya!


Irak mengimpor 2% kebutuhan BBM-nya dari luar negeri, namun mengekspor minyak mentah 122x lebih banyak dari impornya. UAE juga mengimpor 31% kebutuhan BBM-nya dari luar negeri namun mengekspor minyak mentah 37x lipat lebih banyak. Bagaimana dengan Indonesia? Hmm... Indonesia ternyata mengimpor sebanyak 45% kebutuhan BBM-nya dari luar negeri sementara jumlah ekspornya hanya 0.6x jumlah impor (barrel to barrel). Sedangkan kita tahu bahwa value crude oil pasti lebih rendah dari pada value refined oil... betapa malangnya Indonesia.


Dari data-data di atas, maka jelaslah bahwa Indonesia ialah negara importir minyak, bukanlah penghasil minyak seperti yang digembar-gemborkan dalam buku pelajaran SD-SMP. Masih untung karena ada tambahan ekspor LNG dan LPG maka nilai ekspor migas Indonesia masih surplus. Namun lambat laun, kalau tidak ada manajemen BBM yang baik di Indonesia, bisa jadi kondisi kita akan semakin memburuk...




Daftar Harga BBM sesama negara ASEAN

Akhir-akhir ini, semenjak adanya rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi sekitar 30%, muncul cukup banyak komentar masyarakat dalam berbagai milis di Indonesia mengenai rencana tersebut. Salah satu topik komentar ialah perbandingan harga BBM (dalam konteks ini maksudnya harga bensin Premium) dengan negara tetangga (ASEAN) dan dengan negara penghasil minyak lainnya (OPEC).



Banyak masyarakat yang beranggapan bahwa Indonesia sebagai negara penghasil minyak seharusnya mampu menjual BBM dengan harga murah sebagai mana negara-negara OPEC lainnya. Sayangnya banyak yang tidak menyadari bahwa kondisi ekonomi Indonesia tidaklah sama dengan negara-negara lain.



Sebelum membahas negara OPEC, marilah kita melongok ke negara-negara ASEAN dahulu.





Table 1. ASEAN Fuel Price 2006


*GTZ Germany Report, Nov 2006 data, www.gtz.de
**ASEAN data 2007, www.aseansec.org


Data di atas ialah data per bulan November tahun 2006. Kita bisa melihat bahwa di antara negara-negara utama ASEAN (yaitu selain Kamboja, Laos dan Myanmar), Indonesia berada pada urutan ke tiga termurah setelah Brunei dan Malaysia, sementara Singapura berada pada posisi terakhir. Brunei ialah negara penghasil minyak dengan GDP per kapita 31,000 USD lebih besar 16x lipat dari GDP per kapita Indonesia tentulah mampu memberi 1.7x lebih banyak subsidi BBM untuk penduduknya yang jumlahnya hanya 0.002 penduduk Indonesia. Sementara Malaysia, meskipun ekspor utamanya ialah produk elektronik (56% dari total ekspor) namun GDP-nya 3.6x dari Indonesia, sehingga mampu menjual BBM 7% lebih murah kepada penduduknya yang hanya 0.1 dari jumlah penduduk Indonesia.



Jumlah penduduk berbanding lurus dengan jumlah konsumsi BBM, maka semakin banyak penduduknya maka semakin besar pula subsidi BBM yang harus disediakan negara tersebut. Sedangkan GDP mencerminkan penghasilan/kekayaan dari suatu negara, oleh karena itu logikanya ialah negara dengan GDP rendah akan kesulitan untuk memberikan subsidi BBM apalagi jika jumlah konsumsi BBM dalam negeri tersebut tinggi. Subsidi tersebut tentunya akan mengurangi bujet negara untuk pendidikan, kesehatan dan perumahan.



Kita bisa melihat dari tabel di atas bahwa Indonesia ialah negara dengan GDP 0.2x dari GDP rata-rata ASEAN (terendah ke tiga di ASEAN setelah Vietnam dan Philippine, selain Kamboja, Laos dan Myanmar yang tidak ditampilkan dalam tabel di atas) dengan jumlah penduduk 10x lipat dari rata-rata negara ASEAN menjual BBM 0.9x dari harga rata-rata di ASEAN. Rasanya cukup berat...



Selain Brunei dan Malaysia, semua menjual BBM lebih mahal dari Indonesia.

Saturday, May 3, 2008

As I Mature...

Ketika Harga Premium Rp 6000/liter

Berikut ini petikan email saya kepada sahabat saya, Om Prappy dalam milis Taruna Owners...

Om Prap,
Sekitar sepuluh tahun yang lalu, harga bensin di Australia masih sekitar 70 sen/liter, berarti sekarang sudah hampir menjadi 2x nya. Menurut saya, dengan melepas harga bensin sesuai harga pasar sepertinya tanpa perlu pembatasan BBM, konsumen akan otomatis membatasi penggunaannya. Dengan demikian secara tak langsung pula akan mendorong kita untuk lebih bijak menggunakan kendaraan.

Kalau di UK, menurut saya sedikit lain ceritanya, akhir April lalu para pekerja di sebuah kilang minyak terbesar di Scotland ramai-ramai melakukan aksi mogok kerja menuntut perbaikan tunjangan pensiun sehingga BP (Beyond Petroleum) terpaksa menghentikan 1/3 pasokan bensin ke dalam negeri UK, akibatnya terjadi aksi borong oleh pengguna kendaraan mirip dengan kondisi di Indonesia 2 tahun yl ketika tiba-tiba Premium hilang dipasaran.

Akibat ini pula harga rata2 dari berbagai jenis bensin di sana yang sekarang sekitar Rp 20rb/liter ditakutkan akan melonjak sampai ke 27rb/liter di mana hal ini membuat anggaran belanja bensin mencapai 1/3 dari rata2 pendapatan bersih per orang per tahun! Bayangkan kalau 1/3 dari gaji kita perbulan habis hanya untuk membeli bensin! Kemudian mengenai rencana pembatasan BBM di UK nanti coba saya tanyakan kepada rekan sejawat yang sedang ada penempatan dinas di sana.

Mengenai rencana kenaikan premium di Indonesia menjadi Rp 6000/liter memang terasa pahit, namun dengan harga minyak yang mencapai 115 US/barel, estimasi saya harga asli Premium ialah Rp 8000/liter. Informasi yang saya dapat dari Pertamina, saat ini penjualan Premium di Indonesia mencapai 103 juta barrel pertahun, jika saat ini Premium masih dijual Rp 4500/liter, berarti subsidi pemerintah akan menjadi Rp 4000/liter atau setara 65.5 triliun Rupiah pertahun, di luar subsidi untuk Solar dan Minyak Tanah, ini berarti hampir 30% dari APBN.

Bandingkan dengan anggaran pendidikan dalam APBN 2008 yang hanya 42.3 triliun rupiah, dengan itu pun sekarang biaya masuk universitas negeri sudah juta-jutaan rupiah, nggak heran kalau hanya kurang dari 2% penduduk Indonesia yang lulus Sarjana. Bandingkan pula dengan anggaran kesehatan bagi rakyat miskin (Askeskin) yang hanya Rp 2.2 triliun... OMG.

Welcome to the Inconvenient Truth....

Salam,
55.taruners.or.id

Tukeran Blog link Yuk! Tulis alamat Blog mu di Buku Tamu (kolom sebelah kanan) kalau kita sependapat, maka Situs Blog mu akan dicantumkan di halaman ini.