"HARAM HUKUMNYA BAGI SEORANG MUSLIM LAKI-LAKI UNTUK MENIKAH DENGAN GADIS SATU KANTOR"
Fatwa MUI ini telah menimbulkan perdebatan yang sangat sengit antara yang pro dan kontra. Bahkan banyak pihak yang menyatakan bahwa MUI telah gegabah mengambil keputusan tersebut.
Untuk mencari tahu alasan MUI mengeluarkan fatwa tersebut, maka wartawan koran Republika mewawancarai sekretaris umum MUI Prof. Dr. Din Syamsudin.
Berikut petikan isi wawancara tersebut :
Wartawan :"Pak Syamsudin; bagaimana MUI bisa mengeluarkan fatwa haram untuk menikahi gadis satu kantor?"
Prof. Dr. Din Syamsudin :"Memang haram itu hukumnya; menikahi satu orang gadis aja berat, apalagi satu kantor, kan itu banyak jumlahnya... he he he ..........!"
Wartawan : ????????????
Blog Announcement
Gadget and Stuff - Gadget review and opinion
Destination Asia - Travel review
I hope you enjoy the new format...
Sunday, March 23, 2008
Menikah Dengan Rekan Satu Kantor
Saturday, March 8, 2008
Route 66 : PR untuk DepHub/DLLAJR (Bagian 2)
(lanjutan)
Mekanisme
Secara sederhana, saya mengusulkan mekanisme pendefinisian rute jalan raya di Indonesia dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Pendataan klasifikasi jalan raya; jalan negara, jalan propinsi, jalan kotamadya, jalan desa
2. Pendataan dan klasifikasi rute: rute utama dan rute alternatif
3. Pemberian nomor: 1-99 untuk rute yang melewati jalan negara & antar propinsi, 100-999 untuk rute jalan antar kota dalam propinsi, dan 1000 – 9999 untuk rute antar kotamadya dalam propinsi
4. Pemberian marka-marka jalan sesuai rute
5. Memasukkan rute ke dalam peta2 jalan raya
Sistematika Penomoran
Untuk kemudahan, sebaiknya direktori rute jalan di Indonesia dibagi dalam beberapa kelompok sesuai pulau atau kepulauan besar, seperti Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara dan Irian (tahap awal berkonsentrasi pada pulau Jawa, Bali dan Sumatra terlebih dahulu). Dengan demikian indeks rute 1-9999 akan berulang pada setiap pulau. Walaupun begitu, bisa diusahakan agar rute 1-99 disetiap pulau dapat berkesinambungan dengan pulau yang berhubungan, sehingga misalnya jika ditetapkan Rute 1 ialah rute dari Merak sampai Banyuwangi lewat Pantura, maka Rute 1 di Sumatra ialah dari Aceh sampai Bakahuni, dan Rute 1 di Bali ialah dari Gilimanuk sampai Kuta.
Meniru sistem penomoran di Amerika, rute dari arah Barat ke Timur (misalnya Rute Jakarta-Surabaya, Kudus-Tuban, Palembang-Lubuk Linggau) di beri nomor ganjil, sedangkan rute dari arah Utara ke Selatan (Jakarta-Bogor, Semarang- Jogja, Jambi-Palembang) diberi nomor genap, dengan pengecualian rute 1 Aceh-Lampung di Sumatra agar tetap berkesinambungan dengan Rute 1 Jawa – Bali.
Sebisa mungkin anak dari suatu rute mempunyai nomor awal yang sama dengan induk rutenya, misalnya anak dari rute 1 ialah rute 1x, 1xx, atai 1xxx sesuai dengan klasifikasi jalan, sebagai contoh, jika ruas Pantura adalah rute 1 maka anak rute Serang-Pandeglang diberi nomor 101, rute Cikampek-Cimahi 102, dst.
Dalam satu pulau, tidak boleh ada duplikasi nomor rute, oleh karena itu pemberian nomor rute di daerah harus berkoordinasi dengan pusat.
Pemberian Marka Jalan
Tanpa ada marka jalan, pemberian nomor rute tidak ada gunanya. Secara teori, investasi paling besar dalam pemberian nomor rute ialah pengadaan marka jalan, diperlukan marka yang bertuliskan nomor rute untuk setiap interval tertentu. Di Austalia, tanda nomor rute cukup di tempelkan pada tiang listrik atau tiang lampu penerangan jalan pada interval tertentu. Sayangnya di Indonesia, banyak ruas jalan yang tidak memiliki lampu penerangan atau dilewati tiang listrik. Agar mudah dikenali, sebaiknya marka nomor rute di buat dalam bentuk yang khas, seperti contohnya US Interstate Highway menggunakan bentuk lencana sherif, sehingga mudah dikenali.
(sumber gambar : www.mapsource.com)
Route 66 : PR untuk DepHub/DLLAJR (Bagian 1)
Ini adalah salah satu rute historis jalan raya paling terkenal di US. Rute ini menghubungkan kota Los Angeles di West Coast dengan kota Chicago di East Coast melintasi 8 negara bagian sepanjang hampir 4000 km! (sama dengan 5x jarak Jakarta-Surabaya). Rute ini pertama kali di perkenalkan tahun 1926 dan menjadi sangat populer di masanya, terutama bagi mereka yang tinggal di middle state seperti Kansas, Texas, Oklahoma untuk hijrah ke California. Namun seiring dengan perkembangan jaman dan berkembangnya Interstate Highway di Amerika, rute 66 ini menjadi kurang diminati dan sepi secara perlahan-lahan sampai akhirnya secara resmi ditutup di tahun 1985 (mungkin mirip dengan jalur Jakarta-Bandung lewat Padalarang yang menjadi sepi semenjak Tol Cipularang dibuka).
Kondisi di Asia
Bagaimana dengan negara lain? Memang tidak semua negara maju membuat definisi rute jalan raya dan memberikan nomor, namun beberapa negara di Asia terutama yang maju dalam industri pariwisata melakukan hal ini. Sebagai contoh, Thailand, Malaysia, China, Korea dan Australia (Singapura tidak melakukan ini mungkin karena wilayahnya yang sangat kecil) sudah menerapkan penomoran rute jalan raya antar kota, terutama rute-rute menuju lokasi pariwisata yang hanya dapat ditempuh lewat jalan raya.
Misalnya, rute scenic drive sepanjang Great Ocean Road di negara bagian Victoria, Australia diberi kode B100. Sedangkan dari Bangkok, Thailand untuk menuju Nakhon Ratchasima, kota tempat di selenggarakan SEA Games XXIV 2007 lalu kita harus menempuh rute 1 sampai Saraburi dilanjutkan dengan rute 2 sampai tujuan.
Lalu apa hubungannya semuanya ini dengan DLLAJR?
Sederhana, jawabannya ialah kapan DLLAJR bisa membuat definisi rute jalan raya di Indonesia, terutama jalur antar kota antar propinsi yang bisa dikembangkan ke jalur daerah pariwisata lainnya. Penomoran rute bukanlah berarti mengganti nama jalan dengan nomor, melainkan hanya sebagai tambahan keterangan karena satu rute bisa melewati berbagai (nama) jalan di beberapa kota, apalagi memang di Indonesia tidak lazim memberi nama jalan dengan nomor.
Manfaat
Cukup banyak manfaat dari pendefinisian rute jalan raya, namun manfaat dasarnya ialah memudahkan orang yang mengunakan kendaraan untuk mencari rute terbaik dari satu kota ke kota lainnya tanpa bantuan GPS. Saat ini masih cukup sulit untuk memandu orang untuk menuju Pelabuhan Ratu dari Jakarta, atau menuju Gunung Bromo dari Surabaya, menuju Parapat dari Pekan Baru dst.
Bandingkan dengan petunjuk menuju Nakhon Ratchasima dari Bangkok, hanya dengan dua instruksi setiap orang dapat dengan mudah mencapainya, karena petunjuk rute selalu terpasang di sepanjang jalan dan di setiap persimpangan besar.
Manfaat berikutnya ialah peningkatan industri pariwisata daerah. Dengan dimudahkannya orang untuk menemukan daerah tujuan wisata, maka secara tidak langsung akan memerikan insentif orang untuk berpergian, baik wisatawan lokal maupun orang asing yang tinggal di negara tersebut. Dapat dibayangkan bagaimana wisatawan (terutama orang asing) enggan untuk bertanya-tanya arah di jalan untuk mencapai suatu tujuan wisata.
Penetapan rute tersebut juga membantu perekonomian di sepanjang jalan yang dilaluinya, mulai dari rumah makan, penginapan, sampai toko souvernir. Dengan banyaknya pengunjung yang datang dan berbelanja, maka daerah wisata tersebut akan bertambah maju, sehingga Pemda akan memiliki tambahan pendapatan untuk memperbaiki jalan, memperbaiki lokasi wisata, mempromosikan daerah wisatanya.
Jika dibandingkan dengan Thailand, industri pariwisata di Indonesia masih tertinggal walaupun sebenarnya Indonesia memiliki lebih banyak potensi wisata yang tak kalah bagusnya. Namun pemerintah Indonesia kurang pandai menjual dan tidak memberikan kemudahan yang berorientasi kepada wisatawan. Seolah-olah semua sudah orang tahu bagaimana menuju lokasi tersebut atau bersikap "kalau tidak tahu ya tanya!", atau memang tidak perduli apakah orang lain (selain penduduk setempat) tahu atau tidak.