Berikut ini petikan email saya kepada sahabat saya, Om Prappy dalam milis Taruna Owners...
Om Prap,
Sekitar sepuluh tahun yang lalu, harga bensin di Australia masih sekitar 70 sen/liter, berarti sekarang sudah hampir menjadi 2x nya. Menurut saya, dengan melepas harga bensin sesuai harga pasar sepertinya tanpa perlu pembatasan BBM, konsumen akan otomatis membatasi penggunaannya. Dengan demikian secara tak langsung pula akan mendorong kita untuk lebih bijak menggunakan kendaraan.
Kalau di UK, menurut saya sedikit lain ceritanya, akhir April lalu para pekerja di sebuah kilang minyak terbesar di Scotland ramai-ramai melakukan aksi mogok kerja menuntut perbaikan tunjangan pensiun sehingga BP (Beyond Petroleum) terpaksa menghentikan 1/3 pasokan bensin ke dalam negeri UK, akibatnya terjadi aksi borong oleh pengguna kendaraan mirip dengan kondisi di Indonesia 2 tahun yl ketika tiba-tiba Premium hilang dipasaran.
Akibat ini pula harga rata2 dari berbagai jenis bensin di sana yang sekarang sekitar Rp 20rb/liter ditakutkan akan melonjak sampai ke 27rb/liter di mana hal ini membuat anggaran belanja bensin mencapai 1/3 dari rata2 pendapatan bersih per orang per tahun! Bayangkan kalau 1/3 dari gaji kita perbulan habis hanya untuk membeli bensin! Kemudian mengenai rencana pembatasan BBM di UK nanti coba saya tanyakan kepada rekan sejawat yang sedang ada penempatan dinas di sana.
Mengenai rencana kenaikan premium di Indonesia menjadi Rp 6000/liter memang terasa pahit, namun dengan harga minyak yang mencapai 115 US/barel, estimasi saya harga asli Premium ialah Rp 8000/liter. Informasi yang saya dapat dari Pertamina, saat ini penjualan Premium di Indonesia mencapai 103 juta barrel pertahun, jika saat ini Premium masih dijual Rp 4500/liter, berarti subsidi pemerintah akan menjadi Rp 4000/liter atau setara 65.5 triliun Rupiah pertahun, di luar subsidi untuk Solar dan Minyak Tanah, ini berarti hampir 30% dari APBN.
Bandingkan dengan anggaran pendidikan dalam APBN 2008 yang hanya 42.3 triliun rupiah, dengan itu pun sekarang biaya masuk universitas negeri sudah juta-jutaan rupiah, nggak heran kalau hanya kurang dari 2% penduduk Indonesia yang lulus Sarjana. Bandingkan pula dengan anggaran kesehatan bagi rakyat miskin (Askeskin) yang hanya Rp 2.2 triliun... OMG.
Welcome to the Inconvenient Truth....
Salam,
55.taruners.or.id
Om Prap,
Sekitar sepuluh tahun yang lalu, harga bensin di Australia masih sekitar 70 sen/liter, berarti sekarang sudah hampir menjadi 2x nya. Menurut saya, dengan melepas harga bensin sesuai harga pasar sepertinya tanpa perlu pembatasan BBM, konsumen akan otomatis membatasi penggunaannya. Dengan demikian secara tak langsung pula akan mendorong kita untuk lebih bijak menggunakan kendaraan.
Kalau di UK, menurut saya sedikit lain ceritanya, akhir April lalu para pekerja di sebuah kilang minyak terbesar di Scotland ramai-ramai melakukan aksi mogok kerja menuntut perbaikan tunjangan pensiun sehingga BP (Beyond Petroleum) terpaksa menghentikan 1/3 pasokan bensin ke dalam negeri UK, akibatnya terjadi aksi borong oleh pengguna kendaraan mirip dengan kondisi di Indonesia 2 tahun yl ketika tiba-tiba Premium hilang dipasaran.
Akibat ini pula harga rata2 dari berbagai jenis bensin di sana yang sekarang sekitar Rp 20rb/liter ditakutkan akan melonjak sampai ke 27rb/liter di mana hal ini membuat anggaran belanja bensin mencapai 1/3 dari rata2 pendapatan bersih per orang per tahun! Bayangkan kalau 1/3 dari gaji kita perbulan habis hanya untuk membeli bensin! Kemudian mengenai rencana pembatasan BBM di UK nanti coba saya tanyakan kepada rekan sejawat yang sedang ada penempatan dinas di sana.
Mengenai rencana kenaikan premium di Indonesia menjadi Rp 6000/liter memang terasa pahit, namun dengan harga minyak yang mencapai 115 US/barel, estimasi saya harga asli Premium ialah Rp 8000/liter. Informasi yang saya dapat dari Pertamina, saat ini penjualan Premium di Indonesia mencapai 103 juta barrel pertahun, jika saat ini Premium masih dijual Rp 4500/liter, berarti subsidi pemerintah akan menjadi Rp 4000/liter atau setara 65.5 triliun Rupiah pertahun, di luar subsidi untuk Solar dan Minyak Tanah, ini berarti hampir 30% dari APBN.
Bandingkan dengan anggaran pendidikan dalam APBN 2008 yang hanya 42.3 triliun rupiah, dengan itu pun sekarang biaya masuk universitas negeri sudah juta-jutaan rupiah, nggak heran kalau hanya kurang dari 2% penduduk Indonesia yang lulus Sarjana. Bandingkan pula dengan anggaran kesehatan bagi rakyat miskin (Askeskin) yang hanya Rp 2.2 triliun... OMG.
Welcome to the Inconvenient Truth....
Salam,
55.taruners.or.id
No comments:
Post a Comment