Beberapa hari yang lalu saya menerima email dari teman yang berisikan presentasi yang mengatakan bahwa sebenarnya Pemerintah Indonesia tidak memberikan subsidi BBM. Sebenarnya email dengan isi serupa sudah pernah saya terima sekitar tahun 2004, namun sekarang rupanya mulai beredar kembali di Internet. Memang semenjak kenaikan harga minyak bumi dan adanya rencana pemerintah untuk mengurangi subsidi BBM memicu komentar-komentar seru di masyarakat. Sebagai pemerhati masalah BBM di Indonesia saya jadi tertarik untuk ikut meramaikan suasana.
Berikut ini ialah komentar saya atas presentasi tersebut :
Slide 1. Judul
Slide 2. Kwik Kian Gie: Tak ada subsidi BBM. Pemerintah mengambil minyak bumi milik rakyat secara gratis dengan biaya hanya US$ 10/barrel. Tapi karena hanya bisa menjualnya seharga US$ 77/barrel pemerintah merasa rugi jika harga minyak Internasional lebih dari harga itu
Tanggapan (T) : Saya nggak tahu apa ini benar kutipan dari KKG. Aniway, pernyataan ini terlalu kekanak-kanakan. Siapa pun juga tahu bahwa by definition semua barang tambang dapat "diambil" dengan gratis. Emas sekali pun, harganya gratis kalau kita dapat menemukannya di bawah tanah. Masalahnya ialah apakah kita dapat semudah itu "mengambil" minyak bumi? Memang saat ini biaya proses penyulingan ialah sekitar USD 10-15/barrel, namun apakah semudah dan semurah itu untuk mendirikan pabrik penyulingan minyak bumi? Saya rasa kalau memang proses mencari, pengeboran dan penyulingan minyak bumi memang mudah lalu buat apa kita mahal-mahal bekerja sama dengan perusahan minyak luar negeri seperti Caltex dan Schlumberger? Mudah jawabnya, yaitu karena teknologi eksplorasi dan pengeboran minyak bumi di dunia ini masih dikuasi oleh Amerika Serikat. Jangankan di Indonesia, di Saudi Arabia pun juga begitu. Aramco ialah salah satu perusahaan minyak terbesar di dunia, kerja sama antara Arab dengan America. Diperlukan investasi jutaan dolar untuk mendirikan pabrik eksplorasi dan penyulingan minyak. Silahkan baca buku "Confessions of an Economic Hitman" karangan John Perkins, anda akan mengetahui bagaimana Amerika menguasai dunia melalui keunggulan teknologi eksplorasi minyak bumi.
Sekalipun misalnya pada tahun 2018 (yeah right) Indonesia sudah menjadi ahli eksplorasi minyak bumi dan tidak membutuhkan kontraktor asing sama sekali. Saya yakin KKG mengerti sekali akan istilah "lost of opportunity cost". Salah satu sumber penghasilan utama Indonesia ialah minyak bumi, sekalipun kita dapat mengelolanya secara mandiri dengan investasi yang ringan karena 100% dikerjakan oleh bangsa sendiri dengan alat-alat buatan dalam negeri, dengan menjual BBM di bawah harga Internasional, itu sudah memberikan subsidi atas lost of opportunity cost, lost of profit.
Slide 3. Indonesia tidak 100% impor! Kebutuhan BBM Indonesia 1,2 juta bph. Produksi 1 juta bph. Harusnya impor hanya 0,2 juta bph dengan biaya Harga Internasional+US$15/barrel
T : Betul, Indonesia tidak 100% impor. Btw, kalau kebutuhan kita 1.2juta bph, lalu produksi dalam negeri 1juta bph ditambah impor 0.2juta bph klop 1.2juta bph. Lalu ekspornya mana? Kalau nggak ekspor dari mana dapat pemasukan? Ini namanya tekor. Kalau tekor, dari mana Indonesia dapat uang untuk membiayai kesehatan rakyat miskin, uang sekolah gratis, gaji guru dan lain-lain? Data tahun 2006 menunjukkan bahwa Indonesia mengimpor 45% dari kebutuhan refined product. Baca ulasan lebih lanjut klik di sini
Slide 4. Jika harga minyak Internasional US$ 125/barrel dan biaya US$ 15/barrel serta impor 200 ribu bph maka pemerintah Indonesia dengan harga Rp 4.500/liter (US$ 77/brl) untung US$ 49,4 juta per hari atau Rp 165,8 Trilyun dalam setahun (1US@=Rp 9.200). Pemerintah Untung Rp 165,8 Trilyun! Bohong besar jika bilang Pemerintah rugi Rp 123 Trilyun!
T : Jika APBN menganggarkan BBM USD 77/barrel dan menjual Premium Rp 4500/liter, itu artinya pemerintah memberikan "subsidi" dalam bentuk lost of opportunity cost sekitar USD 23.8/barrel. Sehingga kalau harga crude oil dunia mencapai USD 125/barrel maka ini berarti tambahan subsidi sebesar USD 48/barrel, sehingga total "subsidi" menjadi US 71.8/barrel. Belum ditambah dengan kerugian nyata akibat impor. "Subsidi" inilah yang diharapkan bisa berkurang untuk kepentingan lain. Detail mengenai nilai impor ekspor Indonesia bisa dilihat di sini.
Slide 5. Perbandingan Harga Bensin
T : Analisis perbandingan harga bensin antar negara ASEAN dan OPEC bisa dilihat di sini dan di sini
Slide 6. Konsumsi BBM Indonesia di urutan 116 di bawah negara Afrika seperti Botswana dan Namibia. Jika pabrik dan perusahaan ditutup akan lebih rendah lagi
T : Konsumsi BBM per kapita (liter/jiwa) Indonesia memang tergolong rendah karena jumlah penduduk Indonesia yang sangat banyak. Namun secara absolut (barrel per hari), konsumsi Indonesia berada pada peringkat 10% teratas dunia, di atas semua negara ASEAN. Negara dengan konsumsi BBM terbesar di dunia ialah Amerika, diikuti oleh Cina, Jepang, Rusia dan Jerman. Btw, sejak tahun 2005/2006 Pertamina sudah mengharuskan perusahaan di Indonesia untuk membeli BBM tanpa subsidi
Slide 7. Yang berkata itu tak tahu BBM dipakai orang miskin seperti: Supir Bis, Metromini, Mikrolet, Supir Truk pengangkut barang, Para nelayan, Penumpang angkot (bukan orang kaya) jika BBM naik pasti menderita karena tarif angkot naik. Jika BBM naik, harga barang naik karena didistribusikan dengan Truk/BBM. Rakyat miskin menderita. Jumlah pemilik mobil mewah <5%>
T : Betul, BBM juga banyak dipakai oleh rakyat yang kurang mampu, oleh karena itu harus dipikirkan metode manajemen BBM yang tepat sasaran, yaitu memberikan subsidi lebih besar kepada rakyat kecil dan memberikan subsidi lebih kecil kepada rakyat yang lebih mampu. Saat ini subsidi BBM diberikan sama rata dan lebih banyak dinikmati oleh mereka yang memiliki mobil banyak. Ilustrasinya, satu keluarga dengan 4 mobil untuk melayani 4 orang (bapak, ibu, dan 2 anak) menghabiskan bensin yang sama dengan 4 angkot yang melayani 100 orang.
Menaikkan harga BBM tanpa memberikan solusi bagi rakyat kecil tidak akan menyelesaikan masalah.
Slide 8. Pada kenaikan BBM sebesar 125% tahun 2005 tidak semua orang miskin kebagian. Tahun ini hanya 18 juta. <30%>BLT 2005 hanya berjalan 1 tahun. Setelah kenaikan BBM seluruh harga barang naik. Jumlah Korban Busung Lapar/Kurang Gizi 5 juta orang. Korban Tewas busung lapar jatuh di Aceh, NTT, Sulsel, dan Papua.Versi Miskin Pemerintah: US$ 0,6/hari. Dunia: US$ 1/hari
T : Terlepas dari subsidi BBM, korupsi ialah masalah kronis bangsa Indonesia
Slide 9. Indonesia ekspor 70% batubara ke luar negeri. Indonesia pengekspor LNG terbesar di dunia. Indonesia ekspor 500 ribu bph minyak. Sementara listrik sering padam, rakyat antri gas, minyak tanah dan bensin. Energi Indonesia untuk siapa? (Kompas). Jika energi diprioritaskan untuk dalam negeri dan Pembangkit listrik PLN yang memakai BBM dialihkan ke PLTA, PLTG, atau batubara, maka Indonesia tak perlu impor BBM sama sekali. Indonesia butuh pemimpin cerdas! 90% minyak Indonesia dikelola perusahaan asing!
T : Masalah energi di Indonesia ialah masalah kesalahan manajemen. Indonesia memiliki cadangan Migas yang cukup untuk kebutuhan dalam dan luar negeri, namun eksplorasinya masih sangat tergantung kepada bangsa asing. Pengalaman bagi hasil dengan kontraktor asing yang merugikan Indonesia menyebabkan pemerintah ragu-ragu dalam menandatangani kontrak eksplorasi baru. Di lain pihak, pemerintah sudah menerima order dari luar negeri saat kondisi suplai migas masih defisit, membatalkan order luar negeri mengakibatkan penalti sementara cicilan hutang luar negeri masih menumpuk.
Merubah PLTD menjadi PLTA atau PLTG tidaklah mudah, saat ini 30% dari kebutuhan listrik di Indonesia masih disuplai oleh PLTD (PLN annual report 2005), merubahnya menjadi 100% non BBM membutuhkan waktu lama dan tergantung pada ketersediaan sumber energi alternatif lainnya
Slide 10. Keuntungan Perusahaan Migas yang beroperasi di Indonesia, Exxon Mobil tahun 2007 sebesar US$ 40,6 milyar (Rp 373 trilyun) dari pendapatan US$ 114,9 milyar (RP 1.057 trilyun –CNN). Bagi hasil migas sebesar 85:15 untuk pemerintah dan perusahaan asing baru dilakukan setelah dipotong “Cost Recovery” yang besarnya ditetapkan perusahaan asing. Jika tidak tersisa, Indonesia tidak dapat. Di Blok Natuna setelah dipotong Cost Recovery Indonesia dapat 0 dan Exxon 100% (Kompas, 13 Oktober 2006) Transparansi International Indonesia menemukan biaya senang-senang main golf dimasukkan dalam Cost Recovery (DetikFinance.com)
T : Selama Indonesia masih banyak bergantung kepada kontraktor asing, hal ini masih akan terus terjadi. Di lain pihak ini membuktikan bahwa tidak semudah itu pemerintah Indonesia bisa mengambil minyak bumi secara gratis
Slide 11. Kenakan PPN 20% untuk Pertamax. Pajak masuk negara. Kenaikan harga BBM masuk ke perusahaan minyak. Menaikkan harga Premium menyusahkan rakyat kecil dan menguntungkan perusahaan minyak. Kendaraan pribadi harus beli Pertamax. Premium hanya boleh dibeli angkutan umum. Jika pemerintah tidak bisa mengawasi ribuan pom bensin, apalagi penyaluran BLT ke puluhan juta rakyat. Pajak STNK Mobil Mewah 10% dari harga jual. PPN Ekspor 20% untuk Perkebunan (Kelapa Sawit) dan Barang Tambang. Nasionalisasi Perusahaan Minyak Asing di Indonesia
T : Diperlukan mekanisme penyaluran subsidi BBM yang lebih tepat sasaran. Pengenaan pajak secara selektif mungkin salah satu alternatif yang baik.
Slide 12. Stop Penipuan Massal ini! Berhenti menyengsarakan rakyat Nabi: Akan datang sesudahku penguasa. Di atas mimbar memberi petunjuk dengan bijaksana. Tapi bila turun dari mimbar mereka menipu dan mencuri. Hati mereka lebih busuk dari bangkai. (HR. Ath-Thabrani) Pengkhianat paling besar adalah penguasa yang memperdagangkan rakyatnya (HR. Ath-Thabrani). Bantulah fakir miskin dengan menyebar informasi ini. Referensi: Wikipedia, MS Encarta, World Bank, Hadits Web
T : Tidak ada penipuan, "subsidi" BBM itu memang ada. Namun diperlukan mekanisme penyaluran subsidi yang lebih efektif dan adil. Sayangnya hal ini tidaklah mudah