Berikut ini mengutip tulisan rekan Suer (TO17) di milis Taruna Owners
Ada F4 di Taruna Owners….
Tidak ada hubungannya dengan kelompok artis asal Taiwan. F4 ini adalah kependekan dari Friendship, Fix, Fun, dan Family yang menjadi landasan Taruna Owners dalam berbagai kegiatannya. Cikal bakal Taruna Owners dan kiprahnya dikupas habis melalui penuturan salah satu anggotanya.
Milis (mailing list) melalui internet telah mewabah diawal tahun 2000-an yang melahirkan berbagai komunitas formal dan informal. Ada yang berhubungan dengan sekolah, bisnis, advokasi, bahkan hobi di bidang otomotif. Salah satu milis otomotif yang eksis adalah milis TarunaOwners (TO) yang dibentuk tanggal 23 Oktober 2001.
Bermula dari hasrat pemuda gempal bernama Susanto yang gundah dengan mobil Taruna anyar miliknya. “Pengen cari teman senasib sepenunggangan,” katanya memberi alasan. Setelah yakin tak ada milis yang dimaksud, ia pun membuat milis dengan nama
daihatsutaruna@yahoogroups.com sebagai wahana curhat.
Usahanya tak sia-sia. Tak kurang dari 200 subscriber terdaftar dalam milis dalam tempo 7 bulan. Interaksi milisi (anggota milis) di dunia maya, mulai merambah dunia nyata. Tanggal 2 Juni 2002, berkumpullah 9 milisi di Kolam Renang Senayan, yang melahirkan ide pembentukan klub dan jalan bareng.
Bak Gayung bersambut, gagasan itu disambut antusias. Hanya dalam tempo satu bulan, jalan bareng itu dirancang. Tanggal 21 Juli 2002, sebanyak 371 orang yang diangkut 90 mobil Taruna berangkat dari Sunter menuju Lido. Saat itu, pihak ATPM memberikan dukungan yang cukup berarti untuk memeriahkan acara dan pembentukan Daihatsu Taruna Club.
Dua bulan kemudian, ternyata ATPM memandang klub dengan sebelah mata, bahkan mencoba mendikte. Para punggawa milisi memutuskan mengganti nama klub dengan Taruna Owners (TO). Logo baru dan semangat baru itu membawa TO menjadi organisasi yang independen, sebagai wadah berbagi informasi kepada para pemilik dan pengguna Daihatsu Taruna. Identitas klub berupa stiker, cover ban, kemeja, kaos, dan kartu anggota segera dibuat, termasuk situs web
http://www.taruna.or.id/.
TO melakukan konsolidasi untuk menata keanggotaan. “Cukup mengisi formulir yang dapat didownload di situs TO, plus fotokopi STNK dan SIM tanpa ada biaya pendaftaran”, papar Rizky yang didaulat menjadi Ketua TO sejak 2004. Sebuah kantor milik anggota di daerah Pondok Pinang dijadikan Sekretariat TO. Lapangan parkir kolam renang Senayan menjadi tempat nongkrong resmi. Ajang saling intip kendaraan di Senayan seringkali berlanjut dengan tukar menukar suku cadang atau asesoris.
Komunikasi via milis, telepon, dan obrolan di tempat nongkrong, menghasilkan kegiatan Jalan-jalan Bareng (JJB) ke Pelabuhan Ratu pada tanggal 1-2 Maret 2003. Sejak itu, TO merambah ke Taman Nasional (TN) Way Kambas, Pangrango, TN Gunung Halimun, Ciwidey, Gunung Bromo, TN Ujung Kulon, Gunung Pancar, Gunung Bunder, Anyer, Wado, Gunung Mas, Taman Safari, Garut, dan Yogyakarta.
“Nggak sekedar jalan-jalan lho, TO juga melakukan bakti sosial ke panti asuhan dan penduduk di lokasi JJB”, jelas Ais yang menjabat Kordinator Bidang Sosial.
Setelah memiliki AD/ART dan pengurus formal, TO mendaftar sebagai anggota Ikatan Motor Indonesia (IMI) DKI dengan nomor 108. Anggota terus bertambah hingga mencapai 500 orang yang tersebar di Jabotabek, Bandung, Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Makassar, Pontianak, Medan, Riau, Jambi, dan Palembang.
Minat Taruners, sebutan untuk anggota TO, mulai terbentuk. Ada yang memodifikasi mobilnya ke arah ALTO, SUV, Street Machine, Fashion, dan ada pula yang mempertahankan bentuk standar. “Tapi kita tetap mengutamakan safety lho,” ujar Hatar, Korbid Teknis TO dengan mimik serius.
Daerah light off road seperti Gunung Halimun, Pondok Cabe, dan Sentul pun dijajal dengan ban ukuran 235, 30”, dan 31”. Taruna terlihat makin sangar. Berbagai kiprah TO, terekam dalam belasan artikel di tabloid dan majalah otomotif. Bahkan TO sempat empat kali menghiasi layar kaca.
Berkat partisipasi aktif dari Taruners, TO juga mengembangkan kemitraan yang saling menguntungkan dengan 8 bengkel di Jakarta dan Bandung, bengkel spooring dan pencucian mobil. Kerjasama dengan lembaga lain juga berjalan mulus. Misalnya bagi-bagi Sembako bersama Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) dan Festival Hijau BSD bersama masyarakat Bumi Serpong Damai.
Seringnya jalan bareng, melahirkan kebutuhan baru berupa alat komunikasi untuk kordinasi selama perjalanan. “Dulu kita menggunakan FRS, tapi sekarang sudah mengandalkan HT dan Rig,” jelas Yoyon yang mempelopori penggunaan alat komunikasi bebas biaya itu. Tak kurang dari 35 Taruners telah memiliki alat komunikasi berupa HT atau Rig. Untuk perijinan, mereka mendaftarkan diri menjadi anggota RAPI.
“Sekarang, kita nggak be-te lagi menghadapi macetnya lalin karena bisa ngobrol dengan Taruners lain lewat radio,” kata Frenky yang mobilnya selalu kinclong.
Semua kegiatan itu dilakukan dengan filosofi F4 (friend, fix, fun, family). Taruners mencari sahabat (Friend) untuk atasi berbagai masalah mobil (Fix) sambil bersenang-senang (Fun) bersama keluarga dan sebagai keluarga (Family). Partisipasi anggota bukanlah sebuah paksaan karena TO tidak boleh mengganggu keluarga apalagi urusan dapur dan dompet. Taruners terus menggelinding sambil mengukir persahabatan di sela rutinitas kantor.
Suer- ID 17