Olympiade kali ini memang banyak kontroversi. Hampir di setiap negara di mana api olympiade singgah (termasuk di Indonesia) selalu dibarengi dengan unjuk rasa menentang penindasan hak-hak asasi di China atau menuntut dimerdekakannya Tibet.
Bahkan Presiden Perancis pun, Sarkozy, sampai mengancam akan memboikot acara pembukaan Olympiade, akibatnya retailer raksasa Carrefour di China gantian diboikot oleh penduduk China yang merasa tersinggung dengan ulah Sarkozy.
Yang menjadi bahan perdebatan sekarang ialah apakah olympiade harus dikaitkan dengan politik ataukah murni olah raga?
Secara ideal, sesuai dengan PMP dan nilai2 sportifitas yang kita pelajari di SD, SMP dan SMA, mestinya olympiade ialah murni kegiatan olah raga, dan lepas dari politik.
Namun setelah dipikir2, saya menjadi sadar sekarang bahwa ternyata olympiade itu tidak bisa lepas dari politik selama para atlit yang bertanding menyandang bendera dan lambang dari negara masing2. Selama lagu kebangsaan masih dikumandangkan, olympiade tidak bisa dipisahkan dengan politik antar negara, dan adalah naif untuk mengatakan bahwa olympiade ialah kegiatan murni olahraga.
Partisipasi suatu negara menyatakan pengakuan negara tersebut atas eksistensi sekaligus persetujuan atas sikap politik tuan rumah. Taruhlah misalnya (misal doang nih, bukan beneran lho) Malaysia, kurang puas menyabot pulau Sipadan, lalu tahun 2011 nekat menyabot pulau Batam. Kemudian tahun 2012 Malaysia terpilih sebagai tuan rumah Olympiade, apakah Indonesia akan tetap mengirim kontingen?
Bahkan Presiden Perancis pun, Sarkozy, sampai mengancam akan memboikot acara pembukaan Olympiade, akibatnya retailer raksasa Carrefour di China gantian diboikot oleh penduduk China yang merasa tersinggung dengan ulah Sarkozy.
Yang menjadi bahan perdebatan sekarang ialah apakah olympiade harus dikaitkan dengan politik ataukah murni olah raga?
Secara ideal, sesuai dengan PMP dan nilai2 sportifitas yang kita pelajari di SD, SMP dan SMA, mestinya olympiade ialah murni kegiatan olah raga, dan lepas dari politik.
Namun setelah dipikir2, saya menjadi sadar sekarang bahwa ternyata olympiade itu tidak bisa lepas dari politik selama para atlit yang bertanding menyandang bendera dan lambang dari negara masing2. Selama lagu kebangsaan masih dikumandangkan, olympiade tidak bisa dipisahkan dengan politik antar negara, dan adalah naif untuk mengatakan bahwa olympiade ialah kegiatan murni olahraga.
Partisipasi suatu negara menyatakan pengakuan negara tersebut atas eksistensi sekaligus persetujuan atas sikap politik tuan rumah. Taruhlah misalnya (misal doang nih, bukan beneran lho) Malaysia, kurang puas menyabot pulau Sipadan, lalu tahun 2011 nekat menyabot pulau Batam. Kemudian tahun 2012 Malaysia terpilih sebagai tuan rumah Olympiade, apakah Indonesia akan tetap mengirim kontingen?
No comments:
Post a Comment